Total Tayangan Halaman

Iklan

Minggu, 06 Oktober 2013








Cuti bersama mungkin merupakan acara yang paling ditunggu oleh keluarga. Berwisata jelas merupakan hal yang paling banyak dilakukan untuk mengisi cuti bersama. 2012 telah berlalu, apa rencana anda bersama keluarga di 2013? Selain memperhatikan kalender cuti bersama 2013, anda tentunya harus mempersiapkan dan mencari tempat wisata yang elok. Jika anda berwisata ke daerah jawa tengah khususnya Purbalingga, kami mempunyai daftar tempat wisata yang layak anda kunjungi di purbalingga.


Kota Perwira adalah sebutan khas bagi Kabupaten Purbalingga. Wilayah Purbalingga paling dominan berbatasan langsung dengan Banjarnegara dan Banyumas. Sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Banjarnegara, sedangkan Banyumas di sebelah barat dan selatannya. Wilayah Purbalingga bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Pemalang.

Keistimewaan Kabupaten Purbalingga salah satunya adalah banyaknya perusahaan yang mengolah rambut menjadi bulu mata, rambut palsu (wig) dan sanggul. Selain itu terdapat pula industri knalpot yang dikenal hingga luar daerah Purbalingga.

Objek wisata di Kabupaten Purbalingga juga tak kalah menarik dibandingkan daerah lain. Bahkan Purbalingga memiliki objek wisata yang menjadi icon Kabupaten Purbalingga yaitu Taman Reptil, Aquarium Raksasa dan Owabong. Selain itu terdapat pula objek wisata Goa Lawa dan monumen Jenderal Soedirman.
Purbalingga juga terkenal dengan Pabrik Permen Davos yang berdiri sejak tahun 1931, Tempe Mendoan dan Sroto (Soto Kriyik)-nya. Industri kuliner di Purbalingga merupakan cikal bakal berdirinya industri-industri kuliner di daerah sekitar Purbalingga seperti industri nopia dan tempe mendoan di Banyumas.

Sebenarnya ada banyak objek wisata di purbalingga, tapi kali ini hanya akan dibahas 3 saja, yaitu Owabong, Akuarium raksasa, dan Sanggaluri Park.

Owabong
Obyek wisata air Bojongsari atau lebih dikenal sebagai Owabong adalah tempat wisata keluarga yang memiliki wahana permainan berupa kolam renang, arena gokart, waterboom dan wahana air lainnya. Terletak di desa Bojongsari kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga propinsi Jawa Tengah. 

Berikut ini wahana permainan yang ada di Owabong.


  • Kolam Olympic
  • Papan luncur, WaterBoom
  • Flying Fox
  • Kolam sesat
  • Pantai BebasTsunami
  • Kolam Pesta Air
  • Kolam Akhir
  • Kanal Arus
  • Kolam Terapi Ikan
  • Arena Gokart

Situs resmi dan Peta Owabong

Untuk mengetahui lokasi tepat owabong, terutama bagi para pendatang luar kota, Owabong mempunyai situs resmi di http://owabong.com/. Silahkan kunjungi situs tersebut untuk info lengkap seputar Owabong

Sanggaluri Park

Sanggaluri park merupakan Wisata yang mengutamakan pendidikan dan pengetahuan bagi putra-putri anda - pengetahun tentang dunia Reptil dan Insect seperti: Pengenalan Dunia Reptil, Klasifikasi Hewan, Anthropoda, Anatomi hewan dengan pembedahan, Pengawetan Serangga Kupu-Kupu, Berwisata di Kampoeng Ular. 

Jumat, 04 Oktober 2013


                              Suasana Malam Di Masjid Agung Purbalingga



Inilah Babad Purbalingga. Cerita rakyat ini bertutur tentang awal mula pengangkatan Kiai Tepus Rumput menjadi Adipati Onje (Purbalingga) oleh Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang dengan gelar Kiai Ageng Ore-ore. 

Babad Purbalingga berkembang dari cerita tutur di masyarakat sekitar. Selain itu, kisahnya juga tersimpan dalam naskah kuno bernama Babad Onje dan Serat Sejarah Rupi Onje. Kedua naskah dengan teks berhuruf Arab dan bahasa Jawa Krama dan Ngoko itu menjadi rujukan dalam penyusunan sejarah kota dalam Babad Purbalingga.

Cerita ini dimulai dari kunjungan Kanjeng Sultan Pajang ke Onje, sekarang sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Purbalingga. Dalam perjalanannya itu, Sultan Pajang mengalami kejadian yang tidak menggembirakan. Cincin bernama Socaludira yang dimiliki Sultan Pajang jatuh ke dalam sumur dan tidak bisa ditemukan.

Demi mendapatkan cincin itu, Sultan Pajang mengumumkan sebuah sayembara. Bunyi sayembara berhadiah itu seperti tertulis di Babad Onje: "Sapa bocah kang bisa anjuput ali-aliningsun, Socaludira wasiyat, saiki kalebu ning sumur jumbleng. Ingsun ora wani-wani. Sapa kang anemokaken manira paringi bojoningsun bocah desa asal Menoreh, Putrane Kyai Dipati Menoreh."

Bagi siapapun yang bisa menemukan cincin Socaludira, Sultan Pajang akan menjadikannya istri jika penemunya perempuan. Sementara jika penemu cincinnya seorang laki-laki, maka Sultan Pajang akan menghadiahkan istrinya yang berasal dari Desa Menoreh dan tengah hamil 4 bulan .

Setelah mendengar sayembara itu, Kiai Tepus Rumput bertapa memohon pada Sang Maha Pencipta. Tapa yang dilakukan Kiai Tepus Rumput selama 40 hari rupanya tidak sia-sia. Dia berhasil menemukan cincin Socaludira yang hilang. Kiai Tepus Rumput lantas mengantarkan cincin itu ke Keraton Pajang. 

Sesuai janjinya, Sultan Pajang kemudian menyerahkan istrinya yang tengah berbadan dua sebagai hadiah. Penemu cincin itu diminta kembali ke Onje untuk merawat perempuan dari Desa Menoreh itu. Kelak jika anaknya telah lahir dan sudah bisa melempar tombak, Kiai Tepus Rumput harus membawanya kembali ke Sultan Pajang.

Sultan Pajang juga sekaligus mengangkat Kiai Tepus Rumput menjadi Adipati Onje dengan gelar Kiai Ageng Ore-ore. Sementara jika kelak putranya lahir, ia akan diberi julukan Kiai Dipati Anyakrapati. Untuk itu, Sultan Pajang juga memberi hadiah berupa tanah garapan seluas 200 grumbul.

Selang beberapa bulan, anak Sultan Pajang lahir dari perempuan yang telah menjadi istri Adipati Onje itu. Setelah anak itu cukup dewasa yang disimbolkan dengan kemampuannya melempar tombak, dia dibawa ke Keraton Pajang. Tapi Sultan Pajang kembali menghadiahkan anaknya ke Adipati Onje. Untuk menjamin kesejahteraan anaknya, Sultan Pajang kembali memberi hadiah berupa tanah seluas 875 grumbul. Adipati Onje pulang dengan membawa tujuh keluarga sebagai pembantu.

Hmm......Nikmatnya Wisata Kuliner Malam Di Purbalingga


                                                                   Gang Mahyong


Beberapa bulan lalu, seorang sahabat mengirim pesan singkat ke handphone saya. Sahabat dari kota pesisir di Jawa Tengah itu bilang tengah berada di kotaku, Purbalingga. Sejumlah obyek wisata sudah disinggahi termasuk Owabong, tapi ada yang belum lengkap, "Aku butuh memanjakan lidah," katanya.

Aku berpikir. Rasanya memang kurang lengkap jika berkunjung ke suatu kota tapi tidak menyempatkan diri menikmati masakan setempat yang begitu mengundang selera. Jadi kurekomendasikan beberapa tempat. Biar dia tidak cuma tahu Owabong. Tapi juga bisa berwisata kuliner yang hmmm yummy di Purbalingga.

Bagi yang penasaran dengan masakan Purbalingga, berikut ini rekomendasi wisata kuliner yang bisa dilakukan: 

Soto Misdar 

Sejumlah daerah punya masakan soto yang memiliki ciri khas bumbu dan rasa yang berbeda termasuk Purbalingga. Nah di kota perwira ini soto yang paling terkenal bernama Soto Misdar. Bagi saya, kesan singkat tentang soto ini cuma dua kata: mantap dan puas. Anda harus mencobanya.

Soto Misdar berlokasi di depan Pengadilan Negeri Purbalingga di pinggir Sungai Klawing. Sepanjang hari rumah makan ini sangat ramai. Tapi tak perlu khawatir tidak kebagian tempat buat makan. Soto Misdar bisa dibawa pulang buat oleh-oleh. Kuah dikemas terpisah dan hanya butuh beberapa menit untuk dipanaskan lagi di rumah.

Gule Melung Bu Hadi 

Masakan gulai juga dikenal di hampir seluruh Indonesia.. Tapi gulai yang ini pasti tidak dimiliki daerah lain. Gulai melung sebenarnya gulai kambing yang terdiri dari kuah, daging, tulang, dengkil (kaki kambing) serta bagian kepala kambing.

Gulai disajikan dengan ketupat. Sedangkan kuah dan daging masing-masing ditaruh di mangkok terpisah. Jika mencicipi kuahnya, rasa khas bumbu begitu terasa. Ditambah lagi dengan aroma wangi yang khas dari bumbu daun salam, sere, bawang dan combrang. Rasa dagingnya juga empuk. Hmmm, ini baru gulai.

Oya sampai lupa ngasih tau tempatnya. Rumah makan Gulai Melung berada di Dusun Melung Desa Larangan Kecamatan Kejobong. Tapi ada juga cabangnya di Karangsentul, di depan Pabrik Mie Pandus.

Sate Ayam Blater 

Lokasi Sate Ayam Blater berada di Desa Blater Kecamatan Kalimanah. Ciri khas Sate Ayam Blater, rasa daging ayamnya sedikit manis.  Disajikan dengan bumbu kacang, sate ini terasa istimewa.
Bagi penyuka masakan pedas, sate ini sangat cocok dinikmati dengan sambal pedas. Pengolahan yang khas dari sate ayam ini juga membuat rasa sate lebih awet. Rasanya tetap enak meski dimakan beberapa jam setaelah dibakar. 

Kya-Kya Mayong

Keinginan makan enak tidak mengenal waktu. Malam hari pun Anda masih bisa menikmati berbagai makanan lezat di Purbalingga. Pusat aneka makanan Purbalingga pada malam hari bernama Kya-Kya Mayong yang berada di Gang Mahyong dekat dengan Alun-alun Purbalingga.

Tempat ini menyediakan hampir semua jenis makanan seperti martabak, bakso, soto, aneka mie, kue, seafood, sate kelinci, rawon, aneka bubur dan lain-lain. Harganya? Ssttt...dijamin murah.

Selamat Bersantap!!!! 

Melihat-melihat Purbalingga Tempo Doeloe Punya Setasiun Kereta Api

Pernah suatu ketika saya membayangkan bisa menempuh perjalanan dari Purbalingga dengan menggunakan kereta api. Duduk manis di gerbong kelas bisnis, pesan makanan dan minuman dan bisa tidur nyenyak dengan bantal selama perjalanan. Ruang gerak penumpang pun lebih longgar dan leluasa. Bahkan kita bisa berjalan-jalan dari satu gerbong ke gerbong lain. Jam berangkat dan tiba di kota tujuan pun lebih pasti.


Sayangnya, tidak ada jalur kereta api dari dan menuju Purbalingga. Jika kita ingin bepergian ke Yogyakarta atau Jakarta dengan kereta api, satu-satunya pilihan adalah dengan pergi ke kota Purwokerto terlebih dahulu. Di sana lah, kita bisa menjumpai stasiun kereta api.
Walhasil, satu-satunya moda transportasi publik yang tersedia untuk bepergian jauh hanya bus antar kota/provinsi. Perjalanan dengan bus tentu saja lebih melelahkan. Waktu normal perjalanan dari Purbalingga - Jakarta sekitar 10 - 12 jam. Bisa lebih lama jika terjadi kemacetan di jalan raya karena kerap terjadi longsor atau perbaikan jalan di daerah Wangon atau Brebes. Pada musim mudik lebaran, saya pernah sampai 18 jam. Bayangkan jika kita tempuh dengan kereta api, hanya sekitar 7 jam. Kita bisa menghemat waktu dan energi.
Tapi sebenarnya dahulu Purbalingga pernah mempunyai stasiun kereta api. Jika menilik sejarah pemerintahan Hindia Belanda, Purbalingga dianggap sebagai salah satu kota yang cukup strategis. Terutama karena keberadaan dua pabrik gula (PG) di Kalimanah dan Bojong. Maka negara penjajah pun berani membuka jalur kereta api ke Purbalingga.
Jalur kereta api ke Purbalingga merupakan pengembangan dari  proyek transportasi di lembah Sungai Serayu atau Serajoedal Stoomtram Maatschappij (Mij). Proyek besar senilai F 1.500.000 itu digarap oleh Ir. C. Groll sejak tahun 1893. Tujuannya untuk mendukung bisnis pabrik gula yang tersebar di wilayah Banyumas yaitu PG Purwokerto, PG Kalibagor, PG Klampok, PG Bojong dan PG Kalimanah.
Pada tahap pertama, jalur kereta api menuju Maos - Purwokerto - Klampok dibangun lebih dulu. Selanjutnya pada tahap kedua, jalur kereta api dikembangkan lagi dari Banjarsari - Jompo - Kalimanah - Purbalingga. Proses pembangunan dimulai sejak 26 Juni 1899. Sambungan rel kereta api ke Purbalingga sepanjang 7 kilometer itu akhirnya diresmikan pada tanggal 1 Juli 1900.
Dahulu yang menggunakan jasa kereta api atau disebut trem hanya perusahaan-perusahaan besar saja. Dari luar, trem dimanfaatkan untuk mengangkut perlengkapan pabrik seperti mesin atau barang-barang seperti bahan bakar, pembungkus gula, bibit dan pupuk untuk perkebungan tebu. Sedangkan dari Purbalingga, trem digunakan untuk mengangkut hasil produksi pabrik seperti gula atau sirup ke daerah lain termasuk diekspor melalui pelabuhan Cilacap. Bisa ditebak, pada masa itu trem memegang peranan penting bagi jalannya roda bisnis dan pemerintah di Purbalingga.
Kini masa keemasan kereta api di Purbalingga sudah habis. Jalur rel kereta api peninggalan kolonial Belanda pun sudah berubah menjadi pusat pertokoan. Di lokasi bekas bangunan stasiun Purbalingga, kini berdiri pabrik rambut palsu PT Boyang Industrial.
Tapi mimpiku untuk bisa menempuh perjalanan kereta api dari Purbalingga belum sirna.
Ada secercah harapan ketika pemerintah memutuskan akan menghidupkan kembali jalur kereta api Purwokerto - Wonosobo yang nasibnya serupa dengan Purbalingga. Bukan tidak mungkin, selanjutnya jalur kereta api Purwokerto - Purbalingga juga diaktifkan kembali. Semoga.
SNH

Selasa, 01 Oktober 2013

Makin Langka Pengrajin Wayang Rumput Dari Purbalingga

Seorang anak memainkan wayang suket hasil karya Badriyanto, warga Desa Wlahar Rembang Purbalingga. Wayang suket merupakan hasil karya Almarhum Mbah Gepuk yang pernah populer tahun 1990-an. Dibuat dari Suket atau Rumput Kasuran yang hanya tumbuh di bulan Sura dalam penanggalan Jawa. Kini hanya dua orang yang bisa membuat wayang dengan tingkat kesulitan tinggi ini.

SELAMA ini orang lebih banyak mengenal jenis wayang yaitu wayang kulit, wayang orang ataupun wayang golek. Namun wayang yang dibuat oleh Badriyanto, warga Wlahar, Rembang, Purbalingga terbilang unik.

Badriyanto membuat wayang dengan bahan baku 'suket' (rumput-red) yang dianyam dan ditata sedemikian rupa hingga bentuknya menyerupai wayang kulit. Ukurannya pun tak jauh beda dari wayang kulit.

Menurut Badriyanto, rumput yang digunakan untuk membuat wayang suket merupakan rumput khusus yang hanya tumbuh ketika bulan sura. Orang-orang menyebut rumput tersebut sebagai 'Rumput Kasuran'.

"Kalau mau membuat wayang suket harus memakai rumput kasuran, sebenarnya bisa memakai jenis rumput yang lain tapi hasilnya tidak bagus dan tidak tahan lama," kata Badriyanto. (Susilo Wahid)

Sebelum digunakan, menurut Badriyanto rumput tersebut harus direndam dalam air hingga setelah layu. Setelah itu, rumput dipukul-pukul (gepuk) agar pipih dan layu.

Baru setelah layu bisa dianyam dengan bentuk sesuai tokoh wayang. Butuh keahlian ekstra untuk dapat menganyam rumput tersebut hingga berbentuk wayang.

Proses pembuatan wayang sendiri bervariasi, antara tiga hingga satu minggu untuk satu tokoh wayang tergantung tingkat detail wayang.

"Kalau tokoh-tokoh yang sederhana bisa selesai dalam tiga hari, kalau tokohnya rumit seperti 'Bathara Guru' bisa lebih lama," katanya.

Untuk satu buah wayang suket, Badriyanto menghargainya sebesar 250 ribu rupiah. Hingga saat ini sudah cukup banyak seniman dalam dan luar negeri yang memesan wayang suket kepada Badriyanto.

Banyak pihak yang mengatakan bahwa Badriyanto adalah generasi terakhir yang masih bisa membuat wayang suket. Saat ini tidak ada yang bisa membuat wayang suket di Purbalingga kecuali Badriyanto sendiri.

Menurut Badriyanto, ia belajar membuat wayang suket dari kakeknya yang bernama Kasan Wikrama atau sering dipanggil Mbah Gepuk. Konon, Mbah Gepuklah yang menciptakan wayang suket di Purbalingga.

"Saya dulu diajari eyang saya waktu saya masih sekolah," kata Badriyanto.

Badriyanto mengatakan, dahulu ia belajar membuat wayang suket setelah ia pulang sekolah. Saat itu ia hanya diajari selama satu minggu, selanjutnya ia belajar sendiri.

"Saya diajari kakek cuma satu minggu, untuk bisa membuat wayang suket yang sempurna, saya butuh dua tahun untuk belajar," tambah Badriyanto,

Sementara itu ayah Badriyanto, Ali Sunarto mengaku bahwa kemampuan membuat wayang suket tersebut tidak diturunkan kepadanya. Sehari-hari ia bekerja sebagai tukang batu.

"Sepertinya ayah saya (Mbah Gepuk-red) memang mewariskan kemampuan membuat wayang suket kepada Badriyanto, bukan saya," kata Ali.

Untuk saat ini, Badriyanto hanya ingin terus berkarya dan terus mengembangkan karya seni warisan kakeknya itu. Menurutnya, sudah selayaknya, sebagai warisan sejarah, wayang suket harus terus dilestarikan agar tidak punah nantiny


Minggu, 29 September 2013

Wayang Rumput


Wayang Suket Purbalingga Melanglang ke Amerika

Di depan sebuah rumah sederhana yang hanya terbuat dari dinding kayu, seorang lelaki muda larut dalam pekerjaannya. Tangannya memegang rumput berwarna kuning kecoklatan. Satu per satu batang rumput itu kemudian dianyam untuk dibentuk menjadi seorang tokoh dalam seni pewayangan. Itulah wayang suket. Suket adalah nama Jawa dari rumput. Karena bahan-bahan wayang tersebut dari rumput liar jenis kasuran.

Adalah Badriyanto, 30, warga Desa Wlahar, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah. Ia menjadi satu-satunya cucu pewaris Kasan Wikrama Tunut atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Gepuk. Di masa hidupnya, Mbah Gepuk menjadi seorang maestro pembuat wayang suket. Kesehariannya, dia menjadi perajin wayang suket dan menjual hasil kerajinannya tersebut di tepi jalan Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang. Mbah Gepuk sempat menggelar pameran di Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta.

Dari pameran itu, kalangan pegian seni dan budaya jadi mengetahui kalau di sebuah desa terpencil di Purbalingga ada seorang maestro pembuat wayang berbahan baku rumput. Namun, sepeninggal Mbah Gepuk tahun 1997 lalu, wayang suket mengalami masa kelam. Seorang cucunya, Badriyanto, mulai membuat wayang suket tahun 2000 lalu. Ia meneruskan apa yang dilakukan oleh kakeknya sampai sekarang. Ia hanya membuat wayang suket kalau ada pesanan.

Sekali waktu ada pesanan dari Jerman dengan harga Rp1,5 juta. Kini, pesanan juga sering datang, meski tidak banyak, hanya kira-kira 10 tokoh wayang saja setiap bulan dengan harga Rp250 ribu hingga Rp450 ribu per buah. Tahun lalu, wayang hasil buatannya juga sempat dipamerkan pada National Day of Puppetry di California, Amerika Serikat.

Memang, hanya wayang suket saja yang berangkat ke Paman Sam, tetapi bagi Badriyanto tidak masalah. Sebab, dengan adanya wayang suket di pameran tersebut semakin memberikan semangat bagi dirinya untuk terus menekuni pembuatan wayang suket yang semakin langka. (***)

Jumat, 27 September 2013

Pemimpin Dan Bupati Purbalingga

Berawal dari Joko Kahiman yang di juluki adipati mrapat yang dinobatkan sebagai bupati pertama banyumas dengan kebijakan serta sifat kesatria membagi wilayah kekuasaan wirasaba pada saat itu menjadi 4 wilayah yaitu Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Banjarnegara.
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalah pahaman dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo. sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII. Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Perkembangan Banyumas semakin jelas saat kepemimpinan Joko Kaiman yang dekat dengan rakyat. ia justru meleburkan gelar raden untuk masyarakat. hal inilah yang menjadikan beliau dekat dengan wong cilik. kebanyakan keturunan darah biru yang masuk di banyumas akan menanggalkan gelar raden, mereka lebih nyaman dengan tidak ada perbedaan status sosial di masyarakat banyumas.
Eyang kaiman sendiri merupakan sosok kesatria yang bijak dan sangat sederhana. dalam membangun kekuasaanya selalu menampilkan kesederhanaan. terlihat saat pembuatan pendopo yang pertama di banyumas. sebelumnya terletak di sebelah barat yaitu tepatnya di kalisube namun seiring dengan perkembangan kepemimpinan dipindah ke lokasi pendopo duplikat si panji seperti sekarang ini.
Siapa saja yang pernah memimpin banyumas, berikut daftar bupati banyumas dari masa ke masa :
1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 – 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 – 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) >> diangkat Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 – 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 – 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 – 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 – 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 – 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 – 01 – 1957 / 15 – 12 – 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 – 12 – 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 – 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 – 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 – 2013)

http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/06/bupati-banyumas-dari-masa-ke-masa-531771.html

Sejarah Purbalingga

Sebuah nama yang pasti tidak akan tertinggal ketika membicarakan sejarah Purbalingga adalah Kyai Arsantaka, seorang tokoh yang menurut sejarah menurunkan tokoh-tokoh Bupati Purbalingga.Kyai Arsantaka yang pada masa mudanya bernama Kyai Arsakusuma adalah putra dari Bupati Onje II. Sesudah dewasa diceritakan bahwa kyai Arsakusuma meninggalkan Kadipaten Onje untuk berkelana ke arah timur dan sesampainya di desa Masaran (Sekarang di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara) diambil anak angkat oleh Kyai Wanakusuma yang masih anak keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram.

Pada tahun 1740 – 1760, Kyai Arsantaka menjadi demang di Kademangan Pagendolan (sekarang termasuk wilayah desa Masaran), suatu wilayah yang masih berada dibawah pemerintahan Karanglewas (sekarang termasuk kecamatan Kutasari, Purbalingga) yang dipimpin oleh Tumenggung Dipayuda I. Banyak riwayat yang menceritakan tenang heroisme dari Kyai Arsantaka antara lain ketika terjadi perang Jenar, yang merupakan bagian dari perang Mangkubumen, yakni sebuah peperangan antara Pangeran Mangkubumi dengan kakaknya Paku Buwono II dikarenakan Pangeran mangkubumi tidak puas terhadap sikap kakanya yang lemah terhadap kompeni Belanda.
Dalam perang jenar ini, Kyai Arsantaka berada didalam pasukan kadipaten Banyumas yang membela Paku Buwono. Dikarenakan jasa dari Kyai Arsantaka kepada Kadipaten Banyumas pada perang Jenar, maka Adipati banyumas R. Tumenggung Yudanegara mengangkat putra Kyai Arsantaka yang bernama Kyai Arsayuda menjadi menantu. Seiring dengan berjalannya waktu, maka putra Kyai Arsantaka yakni Kyai Arsayuda menjadi Tumenggung Karangwelas dan bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III.
Masa masa pemerintahan Kyai Arsayuda dan atas saran dari ayahnya yakni Kyai Arsantaka yang bertindak sebagai penasihat, maka pusat pemerintahan dipiindah dari Karanglewas ke desa Purbalingga yang diikuti dengan pembangunan pendapa Kabupaten dan alun-alun. Nama Purbalingga ini bisa kita dapati didalam kisah-kisah babad. Adapun Kitab babad yang berkaitan dan menyebut Purbalingga diantaranya adalah Babad Onje, Babad Purbalingga, Babad Banyumas dan Babad Jambukarang. Selain dengan empat buah kitap babat tsb, maka dalam merekonstruksi sejarah Purbalingga, juga melihat arsip-arsip peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang tersimpan dalam koleksi Aarsip Nasional Republik Indonesia.Berdasarkan sumber-sumber diatas, maka melalui Peraturan daerah (perda) No. 15 Tahun 1996 tanggal 19 Nopember 1996, ditetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Purbalingga adalah 18 Desember 1830 atau 3 Rajab 1246 Hijriah atau 3 Rajab 1758 Je.

Peninggalan Sejarah

Selain kekayaan budaya dan beberapa macam upacara tradisional, di Purbalingga terdapat berbagai peninggalan sejarah purbakala. Benda- benda purbakala tersebut tersebar di wilayah Purbalingga, antara lain :
  • Batu Lingga
    Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga, merupakan penginggalan nenek moyang.
  • Gua Genteng
    Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga. Gua ini letaknya di lereng bukit terbentuk dari lelehan lava yang membeku, gua ini kadang-kadang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin bersemedi.
  • Giri Cendana
    Berada di desa Kojongan kecamatan Bojongsari + 5 km dari kota Purbalingga. Merupakan makam Bupati Purbalingga yang bergelar Adipati Dipokusumo, Adipati Dipokusumo ini memegang tapuk pimpinan pemerintahan Kabupaten Purbalingga, yaitu Dipokusumo II,III, IV, V dan VI, sedangkan adipati yang pertama adalah Raden Tumenggung Dipayuda III, yang mulai memerintah pada saat ditetapkannya KabupatenPurbalingga pada tanggal 18 Desember 18830.
  • Gombangan
    Berada di Dukuh Brubahan Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari + 5 km ke utara dari arah kota purbalingga. Merupakan tempat mandi yang berupa sumber mata air dan ramai dikunjungi pada malam hari, terutama pada malam jum?at kliwon. Menurut kepercayaan masyarakat, mata air tersebut dapat memberikan tuah bagi yang mandi ditempat ini dan konon awet muda, dapat mendapatkan jodoh dan naik derajat.
  • Sendang / Petirtaan
    Berada di desa Semingkir, Kecamatan Kutasari + 7 km dari kota Purbalingga. Sendang ini konon dapat memberikan tuah bagi yang mempercayainya. Di kunjungi pada malam malam tertentu.6. MAKAM KYAI WILAH Berada di desa Karangsari kecamatan Kalimanah + 5 km dari kota Purbalingga. Merupakan tokoh beragama islam yang cukup berpengaruh. Tempat ini sering dikunjungi orang-orang yang ingin mendoakan dan mengharap berkah dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
  • Batu Lingga, Yoni dan Palus
    Berada di Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon + 14 km dari kota Purbalingga. Merupakan peninggalan pada masa hindu.
  • Makam Narasoma
    Berada di kelurahan Purbalingga Lor kecamatan Purbalingga9. ARDI LAWET Berada di Desa Panusupan Kecamatan Rembang + 30 km dari kota Purbalingga. Merupakan obyek wisata ziarah, karena sebagian besar pengunjungnya adalah para peziarah yang menginginkan berkah dari syekh Jambu Karang, seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah Kab. Purbalingga. Di tempat ini terdapat kuku dan rambut Syekh Jambu Karang yang dikeramatkan. Hari-hari ramai adalah Rabu Pon, karena menjelang malam Jum?at kliwon atau Kamis Wage diadakan upacara buku klambu dan yang paling ramai dikunjungi adalah Rabu Pon Bulan Suro. Untuk mencapai lokasi ke Ardi Lawet dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu : Purbalingga – Bobotsari – Karanganyar – Karangmoncol – Rajawana – Panusupan – Ardi Lawet, atau Purbalingga – Kaligondang – Pengadegan – Rembang – Rajawana – Panusupan – Ardilawet